Minggu, 25 Mei 2008

Kemiskinan Dari Sudut Pandang Ekonomi

Kemiskinan dari sudut pandang ekonomi merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana daya beli atau kemampuan seseorang sangat rendah, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya (primer), seperti : sandang, pangan, dan papan. Terlebih lagi untuk memenuhi kebutuhan sekunder.
Oleh karena daya beli masyarakat miskin rendah, maka kemiskinan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, peretumbuhan ekonomi yang rendah dan lambat menyebabkan investasi tidak brkembang, yang berdampak kepada sempitnya lapangan pekerjaan, pengangguran, dan terciptalah kemiskinan. Jadi, kemiskinan bagaikan “Lingkaran Setan” di suatu Negara yang perekonomiannya rendah.
Kemiskinan tidak hanya diukur dari tingkat pendapatan, tetapi juga kerentanan seseorang atau masyarakat untuk menjadi miskin. Permasalahan kemisikinan dari segi pendapatan saja tidak mampu memecahkan permasalahan komunitas. Karena permasalahan kemiskinan komunitas bukan hanya masalah ekonomi namun meliputi berbagai masalah lainnya.
“Pertumbuhan ekonomi tidak akan berjalan jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang memadai. Sebaliknya pembangunan kualitas sumber daya manusia juga tidak akan tercapai tanpa dukungan pertumbuhan ekonomi. Demikian pula pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia akan sulit terlaksana jika jumlah penduduk tidak terkendali” (Widjojo Nitisastro, pada Panca Windu LD FEUI, 2004).


Kemiskinan, khususnya di Indonesia, banyak dihubungkan dengan :
Penyebab individual, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin; sikap terlalu pasrah dan menerima begitu saja pada keadaan, sehingga ia malas untuk berusaha hidup yang lebih baik lagi. Kurang memiliki kesadaran, optimisme berlebihan, gaya hidup konsumerisme, juga merupakan penyebab individual.


Penyebab keluarga, yang menhubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga; apabila orang tuanya miskin, kemungkinan kelak peluang anaknya juga hidup miskin cukup besar, kecuali jika si anak bisa merubah nasibnya dan nasib keluarganya. Seseorang yang pendidikannya rendah, atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan, maka ia tidak memiliki modal dasar untuk meningkatkan taraf hidupnya. Karena melalui pendidikanlah kita akan memperoleh ilmu-ilmu yang bisa diterapkan dalm bekerja dan kehidupan sehari-hari. Orang yang pendidikannya rendah akan mudah dibodohi oleh orang lain.


Penyebab budaya, yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar; miskin informasi, pola pikir masyarakat yang cenderung kolot dan tidak siap dengan perubahan.


Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, kebijakan pemerintah, serta bencana lama.


Penyabab Struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur social.

Tidak ada komentar: